Sleman – Nugroho Imam Setiawan PhD, Geolog asal Universitas Gadjah Mada (UGM) turut serta dalam Japan Antartic Research Expedition (JARE) 58. Nugroho bercerita, telah berhasil mengambil 200 kilogram (kg) batuan metamorf dari ekpedisinya di Benua Antartika.
Nugroho bersama 80 orang lainnya tergabung dalam Japan Antartic Research Expedition (JARE) 58 yang berlangsung sejak 27 November 2016 hingga 22 Maret 2017.Geolog Indonesia yang pertama melakukan penelitian di Benua Antartika ini menceritakan, dia bekerja secara efektif di sana selama 30 hari. Sedangkan sisanya, kata Nugroho, dia dan seluruh tim menunggu cuaca kondusif dan stand by.
Nugroho juga menceritakan pengalamannya selama ekspedisi, sehingga berhasil mengambil 200 kg batuan metamorf untuk diteliti. Batuan seberat 200 kilogram itu, saat ini masih berada di Jepang sebelum nantinya dikirim ke Indonesia.
“Kami membawa 141 sampel batuan metamorf seberat 200 kg. Dan akan dikirim ke Indonesia pada akhir Mei 2017,” kata Nugroho dalam jumpa pers di Gedung Rektorat UGM, Sleman, dilansir dari detikNews, Rabu (29/3/2017).
Di Benua Antartika, Nugroho menyampaikan, geolog menemukan batuan-batuan tertua di bumi. Nugroho bercerita bahwa salju yang menyelimuti dataran di Benua Antartika menjadi salah satu kendala pencariannya. Batuan-batuan yang Nugroho temukan akan menjadi bahan penelitian sekaligus bahan ajar geologi.
“Di sana kita bisa menemui batu dengan umur 3,8 miliar tahun. Sampelnya juga saya bawa, sebaai dosen, sampel itu juga menjadi bahan ajar saya,” jelas Nugroho.

Menurutnya, geologi merupakan ilmu dasar yang pemanfaatannya secara langsung oleh manusia masih jauh dari yang bisa dilakukan.
“Kendalanya, singkapan batu tertutup salju. Kami tidak bisa melihat bagaimana di bawah salju. Kadang kaki bisa terperosok, atau terjepit batuan,” kata Nugroho.
Rektor UGM Dwikorita Karnawati, mengapresiasi prestasi Nugroho. Dia menyampaikan bahwa penelitian Nugroho di Benua Antartika menjadi motivasi bagi ilmuwan di Indonesia.
Saat ini memang Indonesia belum memiliki modal secara finansial untuk melakukan penelitian di Antartika, tapi Nugroho membuktikan bahwa Indonesia, atau UGM khususnya memiliki kapasitas yang sama dengan negara-negara lainnya.
Dwikorita menyampaikan pihaknya berterima kasih kepada Nugroho yang merupakan wakil dari UGM yang pertama kali melakukan penelitian di Benua Antartika. Diharapkan penelitiannya ini nanti akan menguak sejarah bumi.
“Ini memotivasi yang lain, berani melompat menaikkan kapasitas dan riset kita. Walau penuh keterbatasan, dengan risiko besar. Dengan mempelajari sejarah pembentukkan bumi, kita akhirnya bisa memprediksi ke depan bumi kita akan seperti apa. Sehingga kita bisa melakukan upaya pencegahan dan mitigasi,” terang Dwikorita, dilansir dari detikNews, Kamis (30/3/2017). (meu/pjk)