Kosovo menjadi salah satu negara di Eropa yang penduduknya mayoritas Muslim. Sensus penduduk tahun 2011 menyatakan lebih dari 95,6 persen penduduk Kosovo adalah Muslim. Sebanyak 4,4 persen lainnya adalah penganut Kristen Ortodoks, katolik dan atheis.
Meski demikian, sudah menjadi rahasia umum bahwa Islam di negara yang berada di tenggara benua Eropa dikenal sebagai Islam paling liberal di dunia. Hal tersebut sudah berlangsung sejak 2-3 dekade terakhir hingga saat ini.
Terkait dengan keyakinan beragama, semua warga negara Kosovo memiliki kedudukan dalam hukum ang sama sehingga bebas menjalankan keyakinan sesuai hati nurani. Hal ini sesuai dengan konstitusi negara Kosovo yaitu konstitusi liberal.
Masyarakat Kosovo menilai agama sebagai wilayah hidup pribadi jadi bukan merupakan urusan publik. Adanya kenyataan seperti ini, banyak pihak meragukan Kosovo sebagai negara dengan mayoritas muslim.
Dilansir dari Republika,(12/3) yang menulis bahwa Muslim Kosovo mengaku tidak benar-benar menjalankan tuntunan keyakinan mereka sebagai muslim. Misalnya, di negara ini sulit untuk ditemui wanita Muslim yang mengenakan jilbab.
Contoh lain adalah minuman keras seperti alkohol dipasarkan dengan bebas. Pemerintah Kosovo sendiri juga berlaku liberal dengan peraturan yang dikeluarkan. Pada tahun 2009 lalu misalnya, pemerintah Kosovo mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan busana keagamaan di sekolah dasar serta perguruan tinggi.
Kebijakan tersebut menurut pemerintah sudah sesuai dengan konstitusi sekuler yang dianut negara tersebut. Kebiijakan pemerintah tersebut memicu protes oleh umat Islam taat di negara tersebut. Namun, kebijakan tersebut juga memperoleh dukungan dari warga Kosovo lainnya.
Warga pendukung kebiajakan pemerintah itu mengatakan wanita yang memakai jilbab ddepan umum sama halnya melawan paham sekuler yang dianut negara.
Setelah runtuhnya Yugoslavia pada akhir tahun 90-an, kebangkitan agama mulai terlihat di Kosovo. semangat keislaman sudah mulai terlihat Orang-orang menjadi lebih religius ketimbang yang bisa dilihat pada kurun waktu 60-70 tahun terakhir.
Setelah perang 1999, terdapat 200 masjid di Kosovo. Saat ini, 18 tahun kemudian, diperkirakan sudah ada 800 masjid di Kosovo. Bisa diartikan satu masjid baru dibangun setiap bulan. Fakta ini memperlihatkan adanya kebangkitan agama di Kosovo, terutama untuk menjalankan nilai-nilai Islam.
Di jalan-jalan ibu kota Kosovo, Pristina, makin banyak wanita yang memakai jilbab. Toko-toko yang menjual busana muslim makin banyak. Selain itu pula, mudah ditemui toko-toko yang menjual Al qur’an dan buku-buku Islam.
Partai politik berbasis Islam di Kosovo juga tak ketinggalan terlibat dalam pengembangan nilai-nilai keislaman di Kosovo contohnya Partai Keadilan yang memiliki komitmen memperjuangkan nilai-nilai tradisional Islam.
Dalam prakteknya, pada tahun 2010 lalu, Partai Keadilan memunculkan gagasan agar agama Islam diajarkan di sekolah negeri untuk anak-anak Muslim. Kendati usulan tersebut akhirnya ditolak Majelis Kosovo.
Peneliti Balkan Polilcy Research Group Naim Rashiti menerangkan saat ini makin banyak warga Kosovo yang menjalankan ajaran-ajaran Islam konservatif. Hal ini bisa terjadi karena eksistensi lembaga-lembaga Islam yang tidak kuat di Kosovo.
Lembaga independen yang mengawasi masalah Islam di Kosovo-dengan seorang mufti sebagai pemimpin dinilai para kritikus telah lalai mengurusi persoalan jumlah masjid resmi yang ada di Kosovo.

Yang diakukan lembaga ini adalah melakukan kontrol ketat terhadap kegiatan keislaman di Kosovo. Namun lupa terhadap kerja Seperti melakukan pendataan terhadap banyak sekolah agama dan masjid yang hadir secara informal di seluruh wilayah Kosovo.
Radikalisme
Menurut pemerintah Kosovo, perkembangan radikalisme didukung oleh dana asing. Pemerintah Kosovo pada akhir tahun 2014, telah menutup badan amal yang didanai dari Timur Tengah yang ditengarai memiliki afiliasi dengan kelompok-kelompok ekstrimis Islam.
Badan amal Islam ini juga memberi dana kepada masyarakat miskin di pedesaan yang memiliki tingkat pengangguran tinggi di Kosovo. Yang terjadi, pemuda-pemuda desa begitu mudah terkena pengaruh penggerak badan amal Islam ini untuk bergabung dengan kelompok radikal.
Sekitar 300 orang dari Kosovo telah menjadi pengikut kelompok ekstrimis yang ada di Timur Tengah. Angka tersebut menjadikan Kosovo sebagai penyumbang paling besar per kapita di Eropa. Fakta lainnya adalah tidak kurang dari 100 orang Kosovo telah ditangkao dan bverada dalam investigasi untuk merekrut dan berjuang di luar negeri bersama ISIS.
Awal Islam di Kosovo
Kehadiran Islam di Kosovo terkait dengan penaklukan terhadap wilayah Balkan–dimana Kosovo masuk didalamnhyaoleh Ottoman. Sebelum terjadi pertempuran Kosovo pada tahun 1389, wilayah Balkan dikuasai kekaisaran Romawi yang menjalankan gerakan kristenisasi di wilayah tersebut.
Lalu pada tahun 1389 hingga 1912, Kosovo diatur oleh pemerintah Ottoman secara resmi. Namun perkembangan Islamisasi hingga paruh pertama abad ke-16 di Kosovo masih terbatas hanya di pusat-pusat kota.
Gerakan Islamisasi makin menguat di Kosovo pada paruh kedua abad 16. Kepentingan ekonomi menjadi latar belakang makin banyaknya penduduk Kosovo memeluk Islam waktu itu. Warga non muslim Kosovo saat itu ingin menghindari pajak yang dikenakan kepada mereka oleh pemerintah Ottoman.
Kemudian usai Perang Dunia II, Kosovo dipegang kekuasannya oleh otoritas sosialis sekuler yang memimpin Yugoslavia yang disebut dengan Republik Federal Sosialis Yugoslavia (SFRY). Nah, selama periode waktu itulah, Kosovo menjadi makin sekuler.
Sekulerisme Yugoslavia itu diwujudkan dalam bentuk penghancuran 218 dari 540 masjid di Kosovo-sekitar 40 persen dari jumlah masjid di Kosovo, pembakaran pada Pusat Komunitas Islam Kosovo, dan perusakan warisan budaya Ottoman.
Ekstrimis muslim Albania lalu melakukan serangan balas dendam dengan merusak puluhan gereja-gereja yang efektif terjadi selama enam pekan dan berakhir pada akhir Agustus 1999. Islam kembali muncul ke permukaan di Kosovo setelah dimunculkannya organisasi resmi umat Islam yang bernama Komunitas Umat Islam Kosovo dipimpin seorang Mufti.