Kita memerlukan mahasiswa yang idealis visioner tetapi tidak mudah dan kecil jumlahnya mungkin karena perbedaan generasi atau mungkin karena sebagaian besar mereka lahir di era pragmatis, generasi borju, dengan gaya hidup yang hedonis dan konsumeristik, semua ukurannya uang.
Uang bulanan yang diberikan orang tuanya, bahkan tidak dipakai beli buku, tetapi beli pulsa yang menyita hari-harinya di dunia maya.
Generasi ini sesungguhnya semakin sulit memahami realitas faktual, dan mereka hidup dalam realitas artifisial dunia digital.
Sebagian besar hidup mereka berada dalam dunia kotak. Realitas dunia kotak berbeda dengan realitas dunia yang bundar.
Realitas yang ada dalam kehidupan alam semesta yang berada di atas bumi dalam hamparan hijau yang luas, dan lautan yang bergelombang.

Semua fenomena alam itu dapat memunculkan rasa keterharuan dan dapat mengantarkan manusia untuk beriman semakin dalam kepada Tuhan.
Yang jadi masalah, apakah realitas dunia digital atau dunia maya bisa mengantarkan manusia pada kesadaran teologis.
Sejatinya dunia teknologi, meskipun ada dimensi teologisnya, tetapi sulit untuk diaktualisasikan dalam realitas dunia nyata, dan rasanya kesadaran teologis dunia maya akan menjadi semakin maya.
Musa Asy’arie : Guru Besar dan mantan Rektor UIN Yogjakarta