Solo, MENTARI.NEWS – Ribuan seniman tari bakal memeriahkan peringatan Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo 29 April 2017 mendatang. Mereka akan menari bergantian selama sehari semalam, bahkan tiga seniman akan menari 24 jam tanpa henti.
Rektor ISI Solo, Sri Rochana mengatakan peringatan Hari Tari Sedunia digelar rutin tiap tahun. “Tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-11,” katanya, dilansir TEMPO.CO, Selasa (25/4/2017).
Menurut Rochana, kegiatan itu digelar oleh Jurusan Seni Pertunjukan. Meski demikian, acara itu diikuti oleh mahasiswa dan pengajar dari berbagai program studi.Hingga kini, sejumlah 182 sanggar tari sudah mendaftar untuk mengikuti acara tersebut. Jumlah seniman yang terlibat mencapai 3.760 orang. Mereka berasal dari Solo, Yogyakarta, Jakarta, Bali hingga Palu.
Penyelenggara sengaja tidak menerapkan sistem seleksi untuk acara tersebut. Mereka berusaha mengakomodir semua kelompok tari yang ingin ikut tampil.Rochana mengatakan bahwa perayaan Hari Tari Sedunia itu juga menjadi ajang praktek para mahasiswa ISI Solo. Mereka akan mempraktekkan pengetahuan tari, manajemen panggung, koreografi hingga karawitan.
Dalam acara tersebut, tiga penari yang berasal dari tiga kota akan menari selama 24 jam tanpa henti. Mereka adalah Danang Pamungkas (Solo), Anter Asmorotedjo (Yogyakarta) dan Asep Suleman (Bandung).

Salah satu panitia, Eko Supendi mengaku sempat kesulitan dalam menyusun acara.Padahal, panitia tidak menyediakan akomodasi bagi para peserta, termasuk peserta dari luar kota.”Kami hanya menyediakan panggung dan satu kali makan,” kata Eko, dilansir TEMPO.CO, Selasa (25/4/2017).
Bahkan Kazaki Art School Makassar sudah berencana membawa 26 penari di antaranya penari cilik. Penari cilik ini pun juga ditemani para orang tuanya. Ada tiga group yang dibawa ke ajang Hari Tari Sedunia di ISI Solo pada 29 April 2017 mendatang.
Tiga kelompok ini akan membawa tiga jenis tarian yakni dari Tarian Toraja yaitu Londorundun, Piya Toraya. Sedangkan penari dewasa dengan membawa Udamakatraya (tari Bugis-Makassar, terinspirasi dari pakarena dengan menggunakan kipas. (meu/pjk)