Politik Gas Sarin
Oleh: Khoiron Mustafit Alwie
Saat nongkrong bareng Mas Avie Dewanto dan kawan pegiat autisme, saya curi-curi waktu menulis status tentang gas sarin yang di Suriah itu. Saya kok jadi ngeri; bagaimana mungkin manusia berakal kok gampang sekali percaya gossip. Seharusnya semua difilter dengan logika berpikir yang sehat: apakah mungkin gas syaraf yang ditembakkan oleh roket militer dapat diinvestigasi residunya setelah sekian lama?
Ada kosmetik yang dibangun oleh Israel dan NATO untuk netralitas Swedia. Cap netralitas ini dieksploitasi oleh Israel dan NATO untuk menciptakan kepalsuan seluruh pekerjaan Sellstrom di PBB, termasuk membiaskan penyebab senjata kimia-dan-biologis saat Perang Teluk, dan pengiriman senjata kimia dari AS ke Saddam Hussein.
Saat itu, Hans Blix-Ake Sellstrom dan tim inspeksinya tidak menyelidiki bunker khusus-senjata yang dibom oleh pesawat-pesawat tempur Amerika dalam invasi AS ke Iraq. Sellstrom juga tidak pernah melakukan penyelidikan senjata gas syaraf VX yang memiliki panjang 20-kaki yang ditemukan di pangkalan udara Balad (80 km dari Baghdad) oleh American National Guard. Misinya bukan untuk membuktikan Irak bersalah atau tidak, tetapi mengeluarkan Washington dari apa pun yang dapat membuktikannya memasok berton-ton gas saraf ke Baghdad. Menyelamatkan pejabat AS seperti Donald Rumsfeld dari aib.
Yoichi Shimatsu memporakporandakan kebohongan serangan gas Sarin ini. Menurutnya, term senjata kimia yang digunakan oleh PBB itu hiperbola, karena serangan besar-besaran gas syaraf dengan cara apa pun akan membunuh puluhan ribu korban. Apalagi jika ini dilakukan oleh roket militer. Dalam video dari Ghouta, terlihat para penduduk setempat berhamburan keluar rumah untuk mencari udara segar. Jika benar rocket militer yang digunakan, maka gas sarin ini telah mengorbankan seluruh penduduk itu secara instan. Yang mungkin adalah gassing (pelepasan gas sarin) dilakukan secara insidental dari kawasan itu sendiri alias tidak dengan serangan roket. Kemungkinan besar gas ini berasal dari gudang senjata para pemberontak.
Menurut Shimatsu, residu kimia yang dituduhkan diluncurkan roket akan teroksidasi oleh panas. Seelah proses oksidasi itu tentu saja tidak akan terdeteksi jejak organofosfat (nama umum ester dari asam fosfat yang digunakan sebagai neurotoksin). Dan ketahuilah, gas sarin dirancang untuk terurai setelah 20 menit. Artinya, setelah 20 menit itu, tidak akan ditemukan adanya bahan kimia. Ini, tiba-tiba para inspektur PBB–yang datang setelah masa kedaluwarsa untuk pengujian sampel–menyatakan bahwa gas sarin itu ditembakkan oleh roket militer. Juga ada kemungkinan bahwa lokasi serangan gas dan bagian-bagian roket mungkin adalah bukti palsu yang dilakukan oleh pemberontak dan penasihat militer asing mereka.
Pada 13 Juni 2013 pun Gedung Putih pernah merilis informasi mengenai serangan senjata kimia waktu itu bahwa pihaknya bekerjasama dengan tentara pemberontak dalam mengugkap fakta-fakta mengenai bom kimia tersebut.
Gedung Putih, saat itu, memberikan lampu hijau untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah agar dapat mendukung oposisi. Malah Gedung Putih pun telah merancang rencana Larangan Terbang Terbatas di atas Suriah. Ini terjadi setelah pemerintah AS menyimpulkan Pasukan Assad menggunakan senjata kimia dalam skala ringan.
Dan, saudara-saudara, klaim dan judgment atas serangan gas Sarin di Suriah tahun 2013 itu pun sama persis dengan DEBKAfile yang dikeluarkan oleh Israel. Dalam beberapa menit saja, video-video serangan gas Sarin itu tersebar di internet bertubi-tubi, dipimpin oleh Inggris, diikuti oleh Prancis, mereka menyalahkan Pemerintahan Assad. Dan dengan alasan inilah mereka melakukan serangan atas Suriah, dengan atau tanpa otorisasi dari DK PBB.
Yang dituju oleh Gedung Putih, AS, Inggris, dan Prancis adalah hanya agar Assad turun dari kursi kepemimpinannya, mungkin sekali agar pipa gas bisa dialirkan dari Israel dan Iraq melalui Suriah.
Jangan lupa, pemenang Pulitzer Seymour Hersh menolak klaim Obama–waktu itu–bahwa rezim Bashar al-Assad yang melakukan serangan senjata kimia di Ghouta pada Agustus 2013. Menurutnya, pemerintah AS memiliki pejabat tinggi CIA yag melaporkam bahwa kelompok ekstrim mendapatkan prekursor kimia itu dari Turki dan Saudi. Menurut Hersh al-Nusra-lah yang menjadi dalang gas sarin itu.
Sekarang, apakah Anda masih tertipu dengan politik gas sarin ini?