Jakarta, MENTARI.NEWS – Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie turut serta dalam peringatan tragedi Mei 1998, yang diselenggarakan Komnas Perempuan. Habibie mengatakan generasi muda perlu mengetahui sejarah tragedi Mei 1998, dan mencegah kejadian itu jangan sampai terulang lagi.
Diadakan Komnas Perempuan di TPU Pondok Ranggon, Blad 27, Blok AA1, Jalan Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (8/5/2017), acara ini juga dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Hadir pula ibu dan bapak keluarga korban Tragedi Mei 98, lembaga pendamping, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), serta Gubernur Gorontalo Rusli Habibie.
Peringatan ini mengambil tema ‘Mewujudkan Pemerintah yang Ingat, Hormat, dan Adil terhadap Sejarah’.Habibie sempat berbicara soal kebinekaan sebagai kekuatan dari suatu negara. Menurutnya, kebinekaan bisa didapatkan dengan budaya dan agama.
“Kebinekaan itu adalah kekuatan, kebinekaan itu bisa didapatkan antara budaya dan agama. Nah, kita sekarang tahu itu, di Eropa, Jerman, itu, di Amerika serikat yang bineka di California, itu maju,” kata Habibie, dilansir dari detikcom, Rabu (10/5/2017).
Habibie juga berpesan bahwa Tragedi Mei 98 tidak boleh dilupakan. Hal ini dikarenakan peristiwa tersebut adalah sebuah fakta yang sudah terjadi. Ada yang mengatakan meski korbannya hanya berapa orang, hanya seratus orang dari 250 juta, tapi itu adalah ujung tombak dari ketidakadilan.
“Ya orang itu tidak mempunyai nilai agama, itu tidak boleh. Jadi solusinya adalah kita terus mengadakan riset dan kemasyarakatan nilai-nilai Pancasila,” jelas Habibie.
Sebagai penyelenggara, Ketua Komnas Perempuan Azriana Manalu mengatakan peringatan ini merupakan proses pemulihan korban serta rekonsiliasi komunitas korban Tragedi Mei 98.Azriana mengatakan pihaknya mendesak pemerintah menyelesaikan kasus ini demi memenuhi rasa keadilan korban. Ia juga mengatakan memorialisasi seperti ini didapatkan sejak Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Bahkan peristiwa tersebut meninggalkan duka yang berkepanjangan. Banyak peristiwa kekerasan seksual yang terjadi pada wanita etnis Tionghoa.
“Tewasnya para korban ini meninggalkan duka yang berkepanjangan, penyangkalan publik terhadap Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tentang kekerasan seksual terhadap 85 wanita etnis Tionghoa bukan hanya mengingkari rasa keadilan korban, tapi juga ancaman ini digunakan sebagai cara yang ingar-bingar di pilkada DKI Jakarta,” kata Azriana, dilansir dari detikcom, Rabu (10/5/2017).

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengingatkan agar Tragedi Mei 1998 tidak terulang lagi.Djarot mengatakan perjalanan bangsa Indonesia pernah ternoda oleh konflik sosial. Menurutnya, hal ini juga dipicu oleh konflik politik.Tragedi Mei 98 masih membekas dan belum tentu bisa sembuh. Dia berharap tidak ada peristiwa seperti ini lagi agar tidak ada goresan baru.
Djarot juga mengimbau agar masyarakat menjadi bangsa Indonesia yang seutuhnya. Hal ini agar tidak ada perbedaan yang dapat menimbulkan peristiwa seperti Tragedi Mei 98.
“Kita ini sebagai bangsa, saya tadi menyampaikan bahwa ini kita menjadi bangsa Indonesia yang seutuhnya. Kalau sudah seutuhnya, betul tanpa memandang ya, apa suku, apa agama, apa asal-usulmu, sama semua kita sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sekali lagi, jangan sampai terulang kejadian seperti Mei 98,” jelas Djarot, dilansir dari detikcom, Rabu (10/5/2017). (meu/pjk)