Tulungagung, MENTARI.NEWS – Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung sejak tiga tahun yang lalu, dikembangkan menjadi “kampung matematika”. Ratusan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dididik mahir matematika secara gratis. Kini, prosentase siswa SD Bangoan yang diterima di SMPN 3 Kedungwaru maupun sekolah favorit lain terus meningkat.
Sebelum menjadi tutor, para pemuda Desa Bangoanter lebih dahulu mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus dari para tenaga profesional. Ada tujuh rumah belajar milik penduduk yang tersebar di beberapa lokasi untuk belajar matematik bagi siswa sekolah.
Kepala Desa Bangoan, Siswandi, mengatakan ide pembentukan Kampung Matematika terinspirasi dari banyaknya anak sekolah yang menganggap matematika sebagai momok pelajaran di sekolah. Persoalan itulah yang dicoba dipecahkan bersama-sama para pemuda desa.
Inovasi pembentukan kampung matematika diakui Siswandi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah desa harus bersusah payah untuk merancangnya, termasuk menggerakkan kader muda serta memberikan penyadaran bagi orang tua tentang pentingnya ilmu pasti itu.
Menurut Siswandi, anggaran dana desa yang selama ini dialokasikan lebih banyak untuk melengkapi sarana pendukung rumah belajar sedangkan anggaran honorarium belum ada. Peserta sistem pembelajaran informal “Kampung Matematika” di Desa Bangoan saat ini mencapai 300 siswa mulai kelas I-VI SD. Jumlah itu jauh meningkat dibanding awal penyelenggaraan pada 2014/2015 yang hanya diikuti kurang dari 100 siswa SD.
“Pada tahap awal itu (anggarannya) hanya sekitar Rp 15 juta, yang kami gunakan untuk diklat para tutor, kemudian ada tambahan lagi dari penyesuaian dana desa. Kami berharap ini nanti terus bisa ditingkatkan, sehingga para tutor tidak hanya menjadi relawan namun bisa mendapatkan penghasilan yang layak,” jelas Siwandi, dilansir dari detikcom, Minggu (7/5/2017).

Siswandi mengatakan setiap tahun Desa Bangoan mengalokasikan dana sebesar Rp 35 juta dengan rincian operasional Rp 14 juta untuk pembimbingan intensif siswa kelas VI, Rp 16 juta untuk pengembangan program rumah belajar, dan Rp 5 juta untuk peningkatan sarana pendukung.
Program belajar dilakukan setiap hari aktif, pada sore dan petang hari mulai Senin-Jumat. Penyelenggaraan program belajar itu bergantian antarrumah belajar, kecuali pada Jumat yang disepakati sebagai jadwal “mengaji matematika” serentak mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai.
“Inspirasi program kampung matematika ini dulu adalah supaya anak-anak Desa Bangoan lebih kompetitif, berprestasi dalam hal pendidikan, serta bisa diterima di sekolah favorit di Tulungagung, terutama di SMPN 3 Kedungwaru yang kebetulan lokasinya di Desa Bangoan ini,” ujar Siswandi, dilansir dari detikcom, Minggu (7/5/2017).
Proses belajar mengajar di Kampung Matematika berlangsung menarik. Para siswa tidak hanya diajari teori saja. Para tutor juga mengajak peserta didik untuk mengenal langsung sejumlah alat peraga yang berhubungan dengan ilmu matematika.
Siswandi berharap dengan adanya pembelajaran tambahan, para generasi muda di desanya bisa lebih unggul. Siswandi juga berharap anak SD di desanya bisa lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan yang layak. (meu/pjk)