Jakarta – Bakteri merupakan musuh bagi kesehatan manusia. Apalagi berbagai studi mengungkapkan bahwa saat ini semakin banyak bakteri super yang bermunculan dan sebagian besar disebabkan oleh penggunaan antibiotik tak bertanggung jawab.Untuk mencari penawarnya, ilmuwan sampai mengirim bakteri super ke luar angkasa.
Bakteri super adalah sebutan untuk bakteri yang telah membangun resistansi pada beberapa jenis obat. Dokter atau masyarakat umum sendiri sering kali menggunakan anti biotic untuk segala macam keluhan seperti layaknya obat pamungkas.Padahal perilaku seperti itu salah dan dalam jangka panjang justru malah menimbulkan masalah baru yaitu memicu munculnya resistensi antibiotik.
Untuk mengatasinya peneliti kini berlomba-lomba untuk menciptakan antibiotik jenis baru. Selain itu di tengah masyarakat juga mulai populer kebiasaan-kebiasaan hidup sehat melakukan berbagai cara untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Dr Ariani DewiWidodo, SpA(K), dari Rumah Sakit Anak&Bunda (RSAB) Harapan Kita mengatakan pada akhirnya segala upaya tersebut akan kalah dengan kecepatan kemunculan bakteri super. Oleh karena itu cara terbaik yaitu tetap dengan mengendalikan pemakaian antibiotik.
“Penciptaan antibiotic baru sudah pasti enggak sebanding sama tingkat percepatan resistansi obat.Itu sudah pasti. Belum lagi antibiotic baru harganya pasti jauh lebih mahal,” kata drAriani, Selasa (2/52017) seperti dilansir detik.com.
Ariani menambahkan upaya meningkatkan fungsi system imun juga tak bisa sembarangan. Imunitas manusia hanya bias ditingkatkan hingga pada tahap tertentu saja untuk melawan mikroba penyebab penyakit sebelum menjadi ‘liar’.
Penyakit auto imun mulai dari alergi, asma, hingga lupus adalah contoh di mana system imun menjadi terlalu aktif tidak hanya menyerang mikroba namun juga sel tubuh sehat.Trennya saat ini kemunculan penyakit auto imun juga meningkat di mana beberapa ahli percaya ini akibat gaya hidup yang terlalu bersih.

Resistensi antibiotik memang meresahkan dunia. Untuk mencari penawarnya, ilmuwan sampai mengirim kuman super ke luar angkasa. Kuman super yang kebal antibiotik tersebut dikirim bersama roket SpaceX Falcon 9. Selanjutnya kuman itu akan diteliti astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Demikian diwartakan CNN.
Ketua tim peneliti, Dr Anita Goel, menuturkan tujuan pengiriman bakteri super keluar angkasa. Jadi di luar angkasa yang tanpa gravitasi, ilmuwan akan lebih memahami bagaimana bakteri bermutasi sehingga menjadi kebal terhadap antibiotik.
Stasiun luar angkasa sendiri kerap dianggap sebagai laboratorium lantaran ratusan percobaan dilakukan setiap hari. Di sini pula terdapat mikro biome atau komunitas mikroba yang muncul dari aktivitas dating dan perginya astronot.
Diketahui di gravitasi nol ataupun mikro gravity membuat jamur tumbuh lebih cepat.Untuk itu peneliti ingin pula mengetahui apakah gravitasi nol, radiasi elektromagnetik dan elemen tak terduga lainnya akan bekerja dengan cara yang sama bagi bakteri. Intinya peneliti ingin tahu apakah kondisi lingkungan juga berpengaruh pada DNA bakteri.
Nah, jenis bakteri yang dikirim keluar angkasa adalah Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).Bakteri ini diketahui bias menyebabkan masalah kesehatan seperti sepsis, pneumonia, serta infeksi kulit dan aliran darah. Dalam beberapa kasus, bakteri ini diketahui resisten terhadap anti biotik methicillin dan lainnya.
Jika mikro graviti di stasiun luar angkasa bias digunakan sebagai akselerator untuk melihat seperti apa mutasi yang terjadi, maka diharapkan bias dikembangkan obat yang lebih ampuh bagi penduduk bumi. Obat tersebut diharapkan bias lebih personal dan lebih tepat sasaran untuk mengatasi kuman penyebab penyakit. (meu/pjk)