Jakarta,MENTARI.NEWS-Sudah tiga hari ransomware WannaCry menyebar dan menginfeksi ratusan ribu komputer di seluruh dunia. Dari ratusan negara korban serangan ransomware tersebut, Rusia menjadi korban yang paling parah.
Untuk menyelamatkan data yang dienkripsi ransomware, korban harus membayar uang tebusan senilai USD 300 atau sekitar Rp 3,9 juta dengan mata uang bitcoin. Uang tebusan itu dikirimkan ke satu dari dua alamat ‘dompet bitcoin’ yang ada dalam software tersebut, dan bisa dilihat oleh semua orang.
Dengan terlihatnya alamat tersebut, maka jumlah transaksi yang terjadi selama tiga hari ini pun bisa dilihat oleh publik. Secara total jumlah pembayarannya baru mencapai 14 bitcoin, atau sekitar USD 25 ribu dengan nilai tukar saat ini, seperti dilansir The Guardian, Senin (15/5/2017).
Artinya baru ada 82 korban yang membayar uang tebusan tersebut, dengan asumsi setiap korban membayar tebusan senilai USD 300. Uang tebusannya sendiri akan meningkat menjadi USD 600 setelah tiga hari terlewati, dan asumsinya adalah korban yang memang berencana membayar tebusan tersebut memang sudah melakukan pembayarannya.
Jumlah korban yang membayar uang tebusan ini terbilang sedikit dibanding jumlah komputer yang sudah terinfeksi. Menurut Europol, ransomware ini mulai menyerang pada Jumat (12/5/2017) lalu dan dua hari kemudian sudah menginfeksi sekitar 200 ribu komputer di 150 negara.
Nama Rusia sering naik ke permukaan sebagai asal serangan cyber, dalam serangan ransomware WannaCrypt, sering diplesetkan jadi WannaCry. Dari ratusan negara yang menjadi korban serangan ransomware tersebut, Rusia adalah korban yang paling parah. Jumlah percobaan serangan WannaCry di Rusia jauh melewati angka-angka di negara lain, demikian dikutip detikINET dari New York Times, Senin (15/5/2017).

Kementerian Dalam Negeri Rusia menyebut ransomware WannaCry menyerang sekitar seribu komputer di departemennya yang menggunakan sistem operasi Windows. Kemudian mereka menyebut kalau komputer-komputer tersebut sudah diisolasi dari jaringan milik kementerian.
Data ini dikeluarkan oleh Kaspersky Lab, perusahaan antivirus yang berasal dari Rusia. Menurut mereka, serangan WannaCry di Rusia berhasil melumpuhkan komputer-komputer milik badan pemerintahan, sementara sejumlah bank, operator seluler dan lainnya berhasil menangkis ransomware yang akan menyandera data-data tersebut.
“Di sini kemanusiaan yang menjadi korban terorisme cyber. Ini adalah sinyal yang mengkhawatirkan, tak sekadar sinyal melainkan ancaman langsung terhadap masyarakat yang berfungsi normal dan sistem pendukung kehidupan yang penting,” ujar Frants Klintsevich, Deputy Chairman di Komite Pertahanan Senat Rusia, dilansir dari detikcom, Senin (15/5/2017). (meu)