Jakarta, MENTARI.NEWS – Menjadi foodies ternyata tidak gampang, mereka harus rela menerima tatapan tak suka dari orang lain. Atau duduk di luar demi cahaya bagus.Kesalahan yang sering terjadi ialah fotografer dan penata makanan menggunakan properti tanpa riset sebelumnya. Namun, mengunggah foto makanan di Instagram, ternyata juga membantu seseorang menjadi lebih sadar akan kebiasaan makan mereka.
Bagi mereka yang suka memotret makanan, baik itu karena profesi atau hobi pasti pernah alami beberapa hal yang disebutkan oleh teenvogue.com (11/2/17) ini. Hal ini tentu saja akan mengubah kebiasaan makan Anda.
Anda baru saja mendengar ada restoran baru buka dan disebut-sebut masakannya lezat. Malu datang sendiri, Anda pun dengan susah payah mengumpulkan teman. Sampai di sana, Anda baru menyadari bahwa restoran ini berpencahayaan redup bahkan temaram yang tidak akan bisa menghasilkan foto bagus untuk ditampilkan di instagram. Meskipun rasanya enak dan tampilannya cantik. Kadang Anda menerima apa adanya, namun kadang berimprovisasi dengan beragam cara.
Fotografer makanan profesional, Celeste Noche dari Portland, Amerika Serikat mengidentifikasi adanya kesalahan umum yang nampak pada unggahan foto makanan Instagram para foodie ataupun majalah kuliner.
“Ketika orang tidak meluangkan waktu untuk mengedukasi dirinya tentang budaya yang berhubungan dengan sebuah makanan, maka mereka berakhir pada mengabadikan stereotip budaya dan kekeliruan,” ujar Noche, dilansir dari Quartz (30/4/2017).
“Kita tidak pernah keluar dari ide budaya Barat adalah status quo sehingga yang lain dianggap sebagai lainnya,” terang Noche. Hal ini menurut Noche menyebabkan orang-orang mengganti cara menghias makanan yang menurut mereka tidak normal.
Kesalahan yang sering terjadi ialah fotografer dan penata makanan menggunakan properti tanpa riset sebelumnya. Resep short ribs Filipina dari Andrew Zimmern, misalnya, menyertakan sumpit di dekatnya.

Sumpit yang diletakkan di tepian mangkuk atau berdiri vertikal di dalam mangkuk nasi juga merupakan contoh kesalahan foto makanan yang umum. Hal ini bisa dilihat kasar dan merupakan simbol kematian di budaya Asia.
Bukan hanya individu, majalah besar sekelas Bon Appetit juga pernah melakukan kesalahan serupa. Kejadian bermula saat majalah menampilkan konten cara makan pho sebenarnya. Konten menampilkan chef kulit putih asal Philadelphia menunjukkan cara makan pho yang dideskripsikannya sebagai “tren makanan.” Hal ini membuat seorang chef Vietnam protes.
Menurutnya Bon Appetit memperlakukan pho seperti makanan tren dan menghiraukan sejarah panjang pho pada budaya Vietnam.Ia menambahkan masalah yang paling umum adalah bagaimana memberi properti pada makanan non-Barat. Paling sering makanan Asia disajikan dengan alat makan yang tidak seharusnya.
Foto-foto hasil pencarian di Google juga menunjukkan kesalahan umum dimana pho disajikan dengan sumpit sebagai dekorasi foto. Ada juga foto spaghetti yang kebanyakan hanya menampilkan spaghetti di latar belakang putih. Padahal ada stereotip dimana sajian pasta favorit banyak orang ini disajikan di atas taplak meja berwarna merah putih seperti bendera Italia.
Namun, para peneliti di University of Washington, melakukan wawancara dengan 16 orang yang secara konsisten memotret makanan mereka dan mengunggahnya di Instagram menggunakan tagar #fooddiary dan #foodjournal.
Banyak orang yang ingin tetap mengikuti pola makan atau diet tertentu akan memilih untuk mendokumentasikan makanan dengan menuliskannya ke dalam buku makanan harian atau food journal. Tapi hal ini bisa membosankan.
Selain itu pada food journal ini cenderung membuat beberapa orang tidak mencatat makanan berkalori tinggi yang mereka makan. Sementara jika orang mengunggah makanan mereka di media sosial seperti Instagram, orang cenderung lebih jujur, karena visual makanan yang mereka unggah dan memberikan efek positif pada orang-orang yang melihatnya. (meu/pjk)