Solo, MENTARI.NEWS – Sepanjang tahun 2016 lalu, terjadi peningkatan serangan malware sebesar 400% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini diketahui akibat malware kini mulai menyerang guna perangkat pintar seperti smartphone dan tablet. Bahkan, belakangan diketahui malware mulai memanfaatkan jejaring media sosial.
Data ini didapat dari ‘Threat Intelligence Report’ yang dirilis oleh Nokia. Dari peningkatan empat kali lipat itu, 85% perangkat yang terinfeksi adalah smartphone, dan mayoritasnya masih terjadi perangkat Android.Penyebabnya kemungkinan adalah semakin menurunnya pengguna perangkat PC karena banyak hijrah ke perangkat mobile, berdasarkan info dari Phone Arena, yang dikutip pada Sabtu (20/5/2017).
Sebagai sistem operasi ponsel yang paling populer di dunia, hal ini tentu wajar saja terjadi, karena semakin banyak pengguna tentu semakin banyak orang yang tertarik untuk menyerangnya. Di sisi lain, serangan terhadap perangkat PC berbasis Windows cenderung menurun.
Bahkan banyak yang mengira malware hanya menjangkiti PC maupun notebook. Nyatanya sebuah printer dapat pula terkena serangan serupa.Market Development Manager HP Indonesia Aditya Suryadinaga, memaparkan temuan dari lembaga riset Penemon Institute pada 2.000 perusahan ternama. Disebutkan sebanyak 64% IT manager yang disurvei memgetahui printer mereka pernah terkena serangan Malware. Sayangnya mereka tidak bisa berbuat banyak.

Malware mulai masuk lewat network interface card, lalu mereka merusak BIOS. Selanjutnya malware masuk ke hard disk yang tersimpan dalam printer. Bila tidak ditangani, Malware terdaput bisa sangat merugikan perusahaan. Sebab akan banyak data penting yang mereka curi.
Sementara beberapa laporan komunitas inteligen di Rusia, pemerintahan Rusia disebut mengirimkan pesan yang disisipi malware melalui Twitter ke lebih dari 10 ribu pegawai Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Saat tautan tersebut diklik, korbannya akan dibawa ke sebuah situs yang dikontrol oleh pemerintah Rusia, yang kemudian akan menyusupkan program ke ponsel atau pun komputer korban. Setelah itu, hacker akan bisa mengontrol perangkat-perangkat tersebut dari jarak jauh, termasuk akun Twitternya.
Bisa dibilang ini adalah taktik baru Rusia dalam memanfaatkan media sosial. Negeri Beruang Merah itu sebelumnya (dituduh) hanya memanfaatkan akun Twitter untuk menyebarkan pengaruh politik, sementara untuk malware mereka biasanya masih memanfaatkan praktik phising. (meu/pjk)