Jakarta,MENTARI.NEWS – Sejak Januari lalu, World Health Organization (WHO) telah mengumumkan agar dunia waspada terhadap kembalinya ancaman flu burung. Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengatakan sejak November 2016 tercatat flu burung sudah muncul di 40 negara. Margaret Ingin agar negara-negara di dunia meningkatkan fungsi pengawasan dan menyiasati potensi kasus infeksi pada manusia.
Wabah flu burung yang terjadi di China misalnya membuat ilmuwan mewaspadai terjadinya pandemi global jika virus mengalami mutasi. Ada tiga mutasi yang jika terjadi bersamaan bisa mengancam dunia kesehatan global dan membahayakan nyawa manusia.
Wabah flu burung H7N9 di China saat ini sudah menginfeksi 779 orang. Dalam pernyataannya awal tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus flu burung yang mewabah tahun ini harus dimonitor ketat karena kemampuannya bermutasi secara terus-menerus dan cepat.
Virus H7N9 sendiri merupakan virus yang sulit menular dari manusia ke manusia. Hal ini membuat otoritas China masih memprioritaskan penghentian perdagangan unggas dan pemusnahan unggas yang tergolong berisiko terinfeksi flu burung.
Peneliti dari Scripps Research Institute, California, pun telah meneliti H7 hemagglutanin, protein dari virus yang berfungsi merekatkan virus dengan sel di tubuh inang.Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLoS Pathogens, ada tiga jenis asam amino di dalam virus yang jika bermutasi, dapat membuat virus lebih mudah merekat pada manusia, sehingga risiko infeksi pun menjadi lebih tinggi.
Virologis sekaligus pakar flu lainnya, Wendy Barclay, mengatakan H7N9 tergolong virus flu burung yang paling berbahaya. Selain mudah menular ke sesama unggas, H7N9 juga diketahui bisa menginfeksi manusia yang sedang dalam kondisi rentan.
Bahkan, Otoritas kesehatan provinsi Hunan, China di pekan terakhir bulan Maret 2017 lalu melaporkan adanya 6 kasus infeksi flu burung baru, dengan 1 orang pasien meninggal.Iklim dingin dan basah di Hunan menyebabkan virus H7N9 dapat berkembang biak dan menyebar dengan cepat.
Sejak Oktober 2016, total sudah 162 pasien manusia meninggal akibat infeksi H7N9.Tingginya angka kematian ini membuktikan penyebaran virus flu burung H7N9 pada manusia selama ini memang tidak menimbulkan gejala khusus. Hal yang sama juga terlihat pada unggas, di mana virus H7N9 tidak memiliki gejala seperti virus flu burung pada umumnya. (meu/pjk)